Mitos Seks dan Olahraga
Bagaimana caranya untuk bersemangat sebelum berolahraga lari? Sebanyak
48 persen pelari di bawah usia 40 tahun berkata, berhubungan seksual
sebelum perlombaan dapat melonjakkan semangat mereka, berdasarkan survei
terhadap sekitar 1000 pelari laki-laki dan perempuan dari buku Brooks
Running.
Hasil tersebut memang bukan berasal dari jajak pendapat secara ilmiah. Namun kita justru bertanya-tanya, dapatkah seks berpengaruh terhadap kinerja olahraga lari seseorang? Jawabannya, pasti ya, kata seksolog Yvonne K. Fullbright seperti dilansir laman Women's Health.
Pertama, seks ibarat olahraga kardio yang membuat aliran darah terpompa dan detak jantung meningkat. Namun, karena hubungan seksual tidak menuntut aktivitas fisik yang gila, dia dianggap sebagai pemanasan sebelum berolahraga lari. Aktivitas seks memanaskan sendi dan membuat seseorang lebih fleksibel.
Baik seks maupun olahraga kardio sama-sama dapat melepas hormon endorfin. Yakni, zat kimia di otak yang bertanggungjawab untuk mengangkat suasana hati, serta kecepatan berlari.
“Dan jika itu seks yang baik, Anda akan mendapat sentilan dalam hal keyakinan,” kata Fulbright. Dorongan tersebut membuat seseorang merasa sangat yakin dan mampu berlari secepat mungkin dari dari pelari lain.
Survei sebelumnya dilakukan oleh Brooks Running menemukan, pasangan yang berlari bersama melakukan seks lebih sering. Penelitian menepis anggapan lama, bahwa melakukan seks membunuh naluri atletik seseorang. Argumen dipakai agar para atlet menahan diri berhubungan seks sampai setelah kompetisi.
Intinya, tampaknya ada hubungan antara aktivitas seksual yang baik dengan berlari yang baik, semakin sibuk seseorang dengan seks akan membuat program latihan lebih menyenangkan.
Hasil tersebut memang bukan berasal dari jajak pendapat secara ilmiah. Namun kita justru bertanya-tanya, dapatkah seks berpengaruh terhadap kinerja olahraga lari seseorang? Jawabannya, pasti ya, kata seksolog Yvonne K. Fullbright seperti dilansir laman Women's Health.
Pertama, seks ibarat olahraga kardio yang membuat aliran darah terpompa dan detak jantung meningkat. Namun, karena hubungan seksual tidak menuntut aktivitas fisik yang gila, dia dianggap sebagai pemanasan sebelum berolahraga lari. Aktivitas seks memanaskan sendi dan membuat seseorang lebih fleksibel.
Baik seks maupun olahraga kardio sama-sama dapat melepas hormon endorfin. Yakni, zat kimia di otak yang bertanggungjawab untuk mengangkat suasana hati, serta kecepatan berlari.
“Dan jika itu seks yang baik, Anda akan mendapat sentilan dalam hal keyakinan,” kata Fulbright. Dorongan tersebut membuat seseorang merasa sangat yakin dan mampu berlari secepat mungkin dari dari pelari lain.
Survei sebelumnya dilakukan oleh Brooks Running menemukan, pasangan yang berlari bersama melakukan seks lebih sering. Penelitian menepis anggapan lama, bahwa melakukan seks membunuh naluri atletik seseorang. Argumen dipakai agar para atlet menahan diri berhubungan seks sampai setelah kompetisi.
Intinya, tampaknya ada hubungan antara aktivitas seksual yang baik dengan berlari yang baik, semakin sibuk seseorang dengan seks akan membuat program latihan lebih menyenangkan.
Comments
Post a Comment